BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kanker
paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis yang
sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan
hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien
yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun. Metastasis penyakit
biasanya muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya dapat
dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis,
penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif
(mengatasi gejala) di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan). Di perkirakan
85% dari kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu pencegahan yang
paling baik adalah”jangan memulai untuk merokok”(Somantri, 2012 : 112).
Sebetulnya
suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu sendiri
dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel
kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang
memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna. Karena pertumbuhan suatu
proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses kanker tersebut
selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun
jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311).
B.
Rumusan
Masalah
a. Apa
definisi kanker paru ?
b. Apa
etiologi dan factor resiko kanker paru ?
c. Bagaimana
patofisiologi kanker paru ?
d. Apa
klasifikasi kanker paru ?
e. Bagaimana
manifestasi kanker paru ?
f. Bagaimana
pengobatan kanker paru ?
g. Apa
pemeriksaan diagnostic kanker paru ?
h. Bagaimana
penatalaksaan kanker paru ?
i.
Bagaimana prognosis kanker paru ?
C.
Tujuan
Penulisan
a. Untuk
mengetahui definisi kanker paru.
b. Untuk
mengetahui etiologi dan factor resiko kanker paru.
c. Untuk
mengetahui patofisiologi kanker paru.
d. Untuk
mengetahui klasifikasi kanker paru.
e. Untuk
mengetahui manifestasi kanker paru.
f. Untuk
mengetahui pengobatan kanker paru.
g. Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostic kanker paru.
h. Untuk
mengetahui penatalaksaan kanker paru.
i.
Untuk mengetahui prognosis kanker paru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kanker Paru
Kanker
paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama
asap rokok (Suryo, 2010 : 27).
Menurut
World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab kematian
utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian besar
kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga
berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru(Suryo, 2010
: 27).
Karsinoma
bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer.
Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial
dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).
B.
Etiologi
Dan Faktor Resiko Kanker Paru
Sebagaimana
diketahui bahwa asap rokok merupakan penyebab utama kanker paru tipe karsinoma.
Didalam asap rokok terkandung lebih dari 4.000 zat kimia, 50 jenis di antaranya
bersifat karsinogen dan beracun. Data statistic membuktikan bahwa sekitar 90%
penderita kanker paru adalah perokok aktif atau mantan perokok. (Tim
CancerHelps, 2010 : 64)
Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada
kanker paru belum diketahui,tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor
lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain (Sudoyo, 2007 : 1005).
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker
paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering (1928),
telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan dengan
yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang
dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9
perokok berat akan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa
penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker
paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan
terkena resiko kanker paru dua kali lipat di bandingkan dengan yang tidak
terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena
resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan
perokok adalah berasal dari perokok pasif. Insiden kanker paru pada perempuan
di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik menjadi 5% per tahun,antara lain
karena meningkatnya jumlah perempuan perokok atau sebagai perokok pasif. Efek
rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker
pada organ lain seperti mulut, laring dan esofagus (Sudoyo, 2007 : 1005).
Laporan dari NCl (National Cancer Institute) di USA tahun 1992
menyatakan kanker pada organ lain seperti ginjal, vesika urinaria,ovarium,
uterus, kolon, rektum, hati, penis dan lain-lain lebih tinggi pada pasien yang
merokok daripada yang bukan perokok. (Sudoyo, 2007 : 1005).
Etiologi
lain dari kanker paru yang pernah di laporkan adalah:
Yang berhubungan dengan paparan zat
karsinogen,seperti:
·
Asbestos,
sering menimbulkan mesotelioma
·
Radiasi
ion pada pekerja tambang uranium
·
Radon,
arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida
Polusi udara. Pasien kanker paru lebih banyak di
daerah urban yang banyak polusi udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah
rural.
Genetik. Terdapat perubahan /mutasi beberapa gen yang berperanan dalam
kanker paru, yakni: proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene encoding enzyme
Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari dari
tampilnya gen supresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah
gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan
(insersi/inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau
neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara
alamiah programmed cell death) Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel
sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan yang otonom.
Rokok
selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor, dan rokok
diketahui sangat berkaitan (terbesar) dengan terjadinya kanker paru. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada
sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai
organ lain.
Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena
kanker paru. (Sudoyo, 2007 : 1006).
Beberapa
faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199) tersebut yaitu
:
a. Merokok
Kanker
paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan dengan
bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah
merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali
jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok (semakin muda individu
mulai merokok, semakin besar resiko terjadinya kanker paru). Faktor lain yang
juga dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis rokok yang diisap (kandungan
tar, rokok filter, dan kretek).
b. Polusi
udara
Ada
berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur,
emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar didaerah perkotaan sebagai
akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan.
c. Polusi
lingkungan kerja
Pada
keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan suatu penyakit
akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang paling
berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali diproduksi dan digunakan pada
bangunan. Resiko kanker paru diantara para pekerja yang berhubungan atau
lingkungannya mengandung asbes ±10 kali lebih besar daripada masyarakat umum.
Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan uranium,
kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan untuk pertanian), besi, dan
oksida besi. Resiko kanker paru akibat kontak dengan asbes maupun uranium akan
menjadi lebih besar lagi jika orang itu juga perokok.
d. Rendahnya
asupan vitamin A
Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A dapat
memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini didapat dari berbagai
penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko
peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama
vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.
e. Faktor
herediter
Terdapat
juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru memiliki resiko
yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun demikian masih belum
diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter atau karena
faktor-faktor familial.
C.
Patofisiologi
Kanker Paru
Dari
etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.
Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
D.
Klasifikasi
Kanker Paru
Menurut Tim CancerHelps (2010 : 64) Kanker paru
terdiri atas dua jenis yaitu, Small Cell
Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell
Lung Cancer (NSCLC). Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan NSCLC
dengan subkategori adenokarsinoma, karsinoma, squamosa dan karsinoma sel besar.
a.
Non-Small
Cell Lung ( NSCLC)
Kanker
paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Karsinoma
squamosa merupakan jenis kanker yang paling umum
terjadi.proses ini berkembang di dalam sel yang menggarisi saluran udara. NSCLC
merupakan jenis kanker yang sering terjadi. Penyebab utamanya adalah rokok.
2. Adenokarsinoma
merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel – sel yang memproduksi
lender atau dahak di permukaan saluran udara. jenis ini lebih umum terjadi.
3. Karsinoma
sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker
paru yang apabila dilihat di bawah mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga
di sebut undiferentiated carcinoma.
b.
Small
Cell Lung (SCLC)
Lebih
dari 80% kasus kanker paru merupakan golongan NSCLC.
E. Manifestasi Klinis Kanker Paru
Seseorang
yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai keluhan napas,
seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera memeriksakan diri
ke dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena sering
terkecoh dengan gejalah sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.
1. Terjadi
sesak napas.
2. Batuk
yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).
3. Bunyi
menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.
4. Batuk
berdarah.
5. Perubahan
pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.
6. Perubahan
suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.
7. Kelelahan
kronis dan penururnan bobot badan secara drastis.
8. Bengkak
di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)
Sudoyo Aru dalam Kusuma 2015 memaparkan
bahwa pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala
dapat bersifat :
·
Lokal
(tumor setempat) :
-
/Batuk
baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
-
Hemoptisis
-
Mengi (wheezing,
stridor) karena ada obstruksi saluran napas
-
Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
-
Aelektasis
·
Invasi
local :
-
Nyeri
dada
-
Dispnea
karena efusi pleura
-
Invasi ke pericardium terjadi temponade atau
aritmia
-
Sindrom
vena cava superior
-
Sindrom
Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
-
Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
-
Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus
brakialis dan saraf simpatis servikalis
·
Gejala
penyakit metastasis :
-
Pada otak, tulang, hati, adrenal
-
Limfadenopati
servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis
·
Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10%
kanker paru, dengan gejala :
-
Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia,
demam
-
Hematologi
: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
-
Hipertrofi
: osteoartropati
-
Neurologic
: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
-
Neuromiopati
-
Endokrin
: sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
-
Dermatologi
: eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
-
Renal
: syndrome of inappropriate andiuretic
hormone (SIADH)
·
Asimtomatik
dengan kelainan radiologist :
-
Sering
terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis
-
Kelainan
berupa nodul soliter
F.
Pengobatan
Kanker Paru
Pengobatan
pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat pasien, stadium
kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita kanker paru-paru.
a. Pembedahan
Pembedahan
dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan tumor dan kelenjar
getah bening disekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk kanker
yang belum menyebar hingga ke jaringan lain diluar paru-paru. Pembedahan
biasanya hanya merupakan salah satu pilihan tindakan pengobatan pada NSCLC dan
dibatasi pada satu bagian paru-paru hingga stadium IIIA.
Berikut
beberapa jenis pembedahan yang mungkin dilakukan untuk mengobati NSCLC.
1. Reseksi
baji, yaitu pengangkatan sebagian kecil lobus dari paru-paru.
2. Lobektomi,
yaitu pengangkatan beberapa lobus dari paru-paru.
3. Pneumonectomi,
yaitu pengangkatan seluruh bagian paru-paru.
b. Kemoterapi
Penderita
SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena tindakan pembedahan
biasanya tidak terpengaruh besar
terhadap survival (kelangsungan
hidup). Kemoterapi primer biasanya juga diberikan paada kasus NSCLC yang sudah
bermetastasis atau menyebar.
Penggunaan
kombinasi obat-obatan kemoterapi pada jenis tumor yang diderita. Pada penderita
NSCLC biasanya diobati dengan cisplatin atau carboplatin yang dikombinasikan
dengan gemcitabine, paclitaxel, docetaxel, etoposide, atau vinorelbine.
Sedangkan pada penderita SCLC, sering digunakan obat cisplatin dan etoposide.
Ataupun dikombinasikan dengan carboplatin, gemcitabine, paclitaxel,
vinorelbine, topotecan, dan irinotecan juga digunakan.
c. Radioterapi
Radiasi
kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-paru. Mungkin
digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk menjalani operasi. Untuk
pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk mengecilkan kankernya (dilakukan
sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi juga dapat
digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan kesulitan menelan.
Seringkali dilakukan terapi Fotodinamik (PDT) untuk mengobati kanker paru-paru
yang dapat dioperasi. Dan berpotensi untuk mengobati tumor yang tersembunyi dan
tidak terlihat pada pemeriksaan X—ray dada.
Efek
samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan
kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan
kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi pada (kanker
paru yang telah menyebar ke) otak biasanya menjadi serius setelah1 atau 2 tahun
pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah dengan
pemikiran, dan kurang gairah seksual.
d.
Target Terapi
Target
terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada stadium III dan
IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam target terapi yang paling
umum digunakan, sebagai berikut :
1. Erlotinib
(Tarceva)
Sel-sel
kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal Growth Factor
Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah. Tarceva bekerja dengan tidak
mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva
dapat diberikan pada pasien NSCLC untuk memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva
bekerja lebih baik pada pasien bukan perokok atau wanita usia lebih muda
(sebelum menopause). Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena berbentuk pil.
2. Bevacizumab
(Avastin)
Bevacizumad
merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein untuk membantu sel
tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini mampu memperpanjang kelangsungan
hidup pasien NSCLC stadium lanjut, dan biasanya diberikan sebagai kombinasi
dengan kemoterapi kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa
diberikan melalui intravena infus dan umumnya memiliki efek samping berupa
perdarahan pada paru-paru.
G.
Pemeriksaan
Diagnostik Kanker Paru
Menurut
Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru meliputi :
a. Pemeriksaan
radiologi
Nodula
soliter terbatas yang disebut coin lesion
pada radiogram dada sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk
mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada
banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT
scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan
lesi-lesi yang dicurigai.
b. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi
yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam mendiagnosis
karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral paru.
Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah menggunakan bronkhoskopi
serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik, caranya dengan
mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
c. Sitologi
Biopsi
kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel kanker yang
tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan
bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranan penting dalam
rangka menegakkan diagnosis kanker paru. Pemeriksaan histology maupun penetapan
stadium penyakit sangat penting untuk menentukan prognosis dan rencana
pengobatan. Penetuan stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium
dari segi anatomis untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya
untuk dioperasi; dan stadium dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan
klien untuk bertahan terhadap berbagai pengobatan antitumor.
H.
Penatalaksanaan
Kanker Paru
1.
Penatalaksanaan Non-bedah (Nonsurgical Management)
a. Terapi
Oksigen
Jika terjadi
hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal kanula sesuai
dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter
dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan
kecemasan.
b. Terapi
Obat
Jika klien mengalami
bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan bronkodilator (seperti pada
klien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi
bronkospasme, inflamasi, dan edema.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan
pilihan pengobatan pada klien dengan kanker, terutama pada small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga
digunakan bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya
diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat berikut :
·
Cyclophosphamide, Deoxorubicin,
Methotrexate, dan Procarbazine.
·
Etoposide dan Cisplatin
·
Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak klien kanker
paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin) biasa diberikan.
e. Terapi
Radiasi
Terapi radiasi
dilakukan dengan indikasi sebagai berikut ini:
·
Klien tumor paru yang operable tetapi resiko jika dilakukan
pembedahan.
·
Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami pembesaran
kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
·
Klien kanker bronkhus dengan oat cell.
·
Klien kambuhan sesudah lobektomi atau
pneumoektomi.
Dosis umum 5.000-6.000 rad dalam jangka
waktu 5-6 minggu.
Pengobatan dilakukan dalam 5 kali
seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah
sebagai berikut :
·
Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan
10 hari sesudah pengobatan.
·
Pneumonitis, pada rontgent terlihat
bayangan eksudat di daerah penyinaran.
f. Terapi
Laser
g. Torakosentesis
dan Pleurodesis
·
Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi
klien kanker paru.
·
Efusi timbul akibat adanya tumor pada
pleura viseralis dan parietalis serta obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
·
Tujuan akhir dari terapi ini adalah
mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
2. Pembedahan
(Surgical Management)
a. Dilakukan
pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma, dan karsinoma
sel besar undifferentiated.
b. Dilakukan
khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga criteria berikut:
·
Karakteristik biologis tumor :
ü Hasil
baik : tumor dari sel skoamosa dan epidermoid.
ü Hasil
cukup baik : Aenokarsinoma dan karsinoma sel besar undifferentiated.
ü Hasil
buruk : oat cell.
·
Letak tumor dan pembagian stadium klinik
ü Untuk
menentukan reseksi terbaik.
·
Keadaan fungsional penderita. (Somantri,
2012: 119-120).
I.
Prognosis
Kanker Paru
Prognosis kanker paru tetap sangat
buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5
year survival rate ) tetap sangat rendah,yakni masih sekitar ataupun
malahan dapat kurang dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis. Ke
organ-organ lain atau akibat komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2013
: 320).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Biodata :
Pasien
Nama :
Tn. A
Umur :
50 th
Agama :
Islam
Pendidikan :
Sarjana
Pekerjaan :
PNS
Status Pernikahan :
Menikah
Alamat :
Btn.
Taborong Permai
Tanggal Masuk RS :
05 November 2015
Diagnosa Medis :
Ca. Paru
2.
Keluhan utama :
Sesak
napas dan nyeri dada
3.
Riwayat Kesehatan :
a.
Riwayat
Penyakit Sekarang :
Klien masuk
ke Rumah Sakit tanggal 5 November 2015 akibat mengalami penyakit Ca. Paru. Klien datang ke RS Pelamonia diantar
oleh keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 November 2015, dengan keluhan sesak
napas, nyeri dada, batuk, tidak
nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih.
b.
Riwayat
Penyakit Dahulu :
Klien
mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, hanya saja
tidak terlalu suka sayuran. + 1 tahun yang lalu klien pernah terkena penyakit bronkitis sampai diopname. Klien pernah mengalami kecelakaan motor namun tidak
fatal. Keluarga klien mengatakan bahwa klien hampir setiap hari mengkonsumsi
daging, jarang makan sayur, dan klien mempunyai riwayat peminum / alkohol dan
merokok, klien biasa merokok kurang lebih 1 bungkus rokok perharinya, klien
mulai merokok sejak umur 18 tahun.
c.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Keluarga
klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM, Asma, Hipertensi.
4.
Basic Promoting physiology of Health
1.
Aktifitas
dan latihan
Pekerjaan
Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di rumah sambil
merokok dan berkumpul bersama
keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di
tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya.
2.
Tidur dan
istirahat
Sebelum
sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam
karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat
sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang
kesulitan tidur di rumah sakit karena sesak dan nyeri dada yang dialami klien saat
bernapas, klien tampak lemah, gelisah
dan terlihat pucat.
3.
Kenyamanan
dan nyeri
Klien
merasakan nyeri pada dada dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas
dan akan berkurang saat klien beristirahat.
4.
Nutrisi
Sebelum
sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang
mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 66 kg. Berat badan dalam 1 bulan
terakhir turun drastis menjadi 55 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging dan makanan cepat saji (sate & gulai).
Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun.
Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi
jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang
pedas & berminyak..
5.
Cairan,
elektrolit, dan asam basa
Sebelum
sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien +
2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support IV Line
jenis RL 20 tetes/menit
6.
Oksigenasi
Klien
mengalami sesak, nyeri dada saat
bernafas, klien batuk, klien merokok kurang lebih 1 bungkus per
harinya.
7.
Eliminasi
fekal/bowel
Frekuensi
BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning,
konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan.
Saat sakit,
klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses
berwarna kehitaman, konsistensi keras.
8.
Eliminasi
urin
Frekuensi
BAK klien 5x sehari. Klien mengalami
perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan
ADL dengan bantuan keluarga.
9.
Sensori,
persepsi, dan kognitif
Klien tidak
memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan
kognitif
5.
Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Keadaan Umum
Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 130/90 mmHg, Nadi 112x/menit,
Respirasi 36x/menit, Suhu 390 C
b.
Aktivitas/ istirahat
Gejala : Ketidakmampuan melakukan
aktifitas kebiasaan secara rutin, sesak nafas karna melakukan aktifitas.
Tanda: Pasien lesu
c.
Sirkulasi
Gejala : Terdapat sindrom vena kava
superior (cubbing finger), terjadi aritmia, Takikardi, Jari tabuh.
d.
Integritas Ego
Gejala : perasaan takut, menolak
kondisi yang berat atau potensial keganasan
Tanda : kegelisahan, insomnia,
pertanyaan yang diulang – ulang
e.
Eliminasi
Gejala : di area yang hilang timbul
(ketidakseimbangan hormonal karsinoma sel kecil), peningkatan sekresi jumlah
urin.
f.
Makanan / Cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu
makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus atau
peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, kerempeng atau
penampilan kurang bobot, edema wajah atau leher, dada, punggung ( obstruksi
vena kava), edema wajah atau periordital ( ketikaseimbangan hormonal, kalsinoma
sel kecil )
g.
Nyeri
Gejala : Nyeri dada(tidak biasanya ada
pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat atau tidak
dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu atau tangan( khususnya pada
sel besar atau adenokalsioma), nyeri tulang atau sendi: erosi kapilago sekunder
terhadap peningkatan hormone pertumbuhan ( sel besar atau adenokarsinoma),
nyeri abdomen hilang timbul.
h.
Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan
pola batuk dari biasanya dan produksi sputum, napas pendek, pekerja yang
terpajan polutan, debu industry, serak, paralisis pita suara, riwayat merokok
Tanda : Dipsnea, meningkat dengan
kerja, peningkatan fremitus taktil(menunjukan konsuladisasi), krekels atau
mengik pada inspirasi/ekspirasi(gangguan aliran udara), krekels atau mengik
menetap, penyimpanan trakeal (area yang mengalami lesi), hemoptisis
i.
Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada(sel besar
atau adenokarsinoma), kemerahan, kulit pucat(ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
j.
Seksualitas
Tanda : Dinekomastia(perubahan horman
neopplastik, karsinoma sel besar), Amenorea/Impoten(ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
k.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga:kanker
atau khususnya paru, tuberculosis,kegagalan untuk membaik.
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat:
11hari, bantu transportasi, pengobatan, tindakan, perawatan diri pemeliharaan
rumah.
Analisa Data
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
DS:
-
Klien mengungkapkan sesak saat ber-nafas
dan dada terasa berat.
DO :
-
Keadaan umum agak lemah.
-
Suara nafas menghilang pada dada anterior.
-
Pada perkusi dada terdengar redup.
-
Respirasi 36 x/mnt, cepat dan dangkal.
|
Massa pada mediastinum
Menekan rongga paru
Penurunan ekspansi paru
Pengembangan paru terbatas
Klien sesak
|
Ketidakefektifan pola nafas
|
2.
|
DS :
-
Pasien
mengelu sesak dan nyeri saat bernafas
DO :
-
Gelisah,
-
Nilai GDA tidak normal,
-
Perubahan TTV
|
Obstruksi jalan nafas oleh sekresi dan spasme bronkus
Kerusakan alveoli
Bronkiektasis/Aktelektasis
|
Gangguan pertukaran gas
|
3.
|
S: -Mengeluh sakit disertai
rasa nyeri yang menetap
O: - Pasien tampak gelisah
- Wajahya terlihat
pucat
- Tanda vital : TD:
130/90 mmHg, Nadi : 120 x / m, Suhu : 39
, RR: 36 x/m.
|
Intrapulmoner Metastatik
Adanya Invasi kanker ke pleura, atau
dinding dada.
|
Gangguan Rasa nyaman (Nyeri)
|
4.
|
DS :
-
Mengatakan nafsu makan menurun dan terasa mual
DO:
-
Penurunan berat badan,(BB sebelumnya
66kg,setelah masuk RS BB 55Kg)
-
Lemas,
-
Porsi makan tidak habis,makan hanya 2
- 4 sendok
|
Sesak Psikologis
Mual
Anoreksia
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
2.
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan
gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian utama paru, perubahan
membran alveoli
3.
Gangguan rasa nyaman ( Nyeri
) yang berhubungan dengan invasi kanker ke pleura, atau dinding dada.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang
berhubungan dengan Anoreksia
C.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl
|
No dx
|
TUJUAN & KH
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam di harapkan pola nafas klien efektif
dengan KH:
- Klien mengungkapkan
sesak berkurang/ tidak sesak.
- Respirasi dalam batas
normal.
- Tidak menggunakan otot
bantu pernafasan
|
1. Kaji frekuensi,
kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
2. Auskultasi bunyi nafas, dan
catat adanya bunyi nafas tambahan.
3. Observasi pola batuk dan
karakter secret
4. Berikan pada klien posisi
semi fowler.
5. Kolaborasi dalam
pemberian oksigen tambahan.
6. Berikan humidifikasi
tambahan.
|
1. Untuk mengetahui frekuensi
& kedalan pernafasan karena kedalamam pernafasan bervariasi tergantung
derajat gagal nafas.
2. Perubahan bunyi nafas
menunjukan obstruksi sekunder
3. Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk kering/iritatif
4. Posisi membantu memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan
5. Memaksimalkan pernafasan dan
menurunkan kerja nafas.
6. Memberikan kelembaban pada
membran mukosa dan membantu pengenceran secret
|
|
2.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24
diharapkan pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
yang adekuat danPertukaran gas efektif.dengan
KH:
- Tidak bingung dan gelisah
- TTV normal
- Tidak sesak
- Nilai GDA normal
|
1. Kaji frekluensi dan
kedalaman pernafasan.
2. Auskultasi paru untuk
penurunan bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan
3. Observasi ferfusi
daerah akral dan sianosis ( daun telinga, bibir, lidah dan membran lidah )
4. Lakukan tindakan untuk
memperbaiki jalan nafas.
5. Tinggikan kepala/tempat
tidur sesuai dengan kebutuhan.
6. Kaji TTV
7. Monitor GDA
8. Berikan o2 tambahan
sesuai dengan indikasi hasil GDA.
|
1. Berguna dalam evaluasi
derajat distress pernafasan dan kronisnya prosespenyakit.
2. Area yang tak
terventilasi dapat diidentifikasikan dengan tak adanya bunyi nafas.
3. Menunjukan hipoksemia
sistemik.
4. Jalan nafas
lengket/kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi Secara negatif
mempengaruhi pertukaran gas.
5. Meningkatkan ekspansi
dada maksimal, membuat mudah bernafas meningkatkan kenyamanan.
6. Takikardia,
disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung
7. PaCO2 biasanya
meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih
besar/kecil.
8. Dapat
memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
|
|
3
|
Seteh di lakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam Nyeri
hilang/ berkurang dengan KH:
- TTV normal
- Klien nampak
rileks.
- Klien dapat
tidur.
- Klien dapat
berpartisi dalam aktivitas.
|
1. Tanyakan pasien
tentang nyeri, Tentukan karaktersitik nyeri
2. Buat skala nyeri
0-10 rentang intensitasnya
3. Observasi
tanda-tanda vital
4. Kaji
pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien.
5. Evaluasi
keefektifan pemberian obat
6. Berikan tindakan
kenyamanan, ubah posisi, dll.
7. Berikan
lingkungan tenang.
8. Kolaborasi:
Berikan analgesik rutin s/d indikasi.
|
1. Membantu dalam
evaluasi gejala nyeri kanker yang dapat melibatkan visera, saraf atau
jaringan tulang
2. Penggunaan skala
rentang membantu pasien dalam
mengkaji tingkat nyeri
3. Untuk mengetahui
Penurunan tekanan darah : peningkatan nadi dan pernafasan
4. Ketidaksesuaian
antara verbal dan non verbal menunjukan.derajat nyeri
5. Memberikan obat
berdasarkan aturan.
6. Meningkatkan relaksasi
dan pengalihan perhatian..
7. Penurunan stress,
menghemat energy
8. Mempertahankan
kadar obat, menghindari puncak periode nyeri
|
|
4.
|
Setelah di lakukan tindakan keperawatan
sselama 2x 24 jamNutrisi klien terpenuhi.
Dengan KH:
- Berat badan
bertambah dan.
- Menunjukan
perubahan pola makan.
|
1. Catat ststus
nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat
kekurangan berat badan
2. Berikan penjelasan tentang
pentingnya makanan yang adekuat dan bergizi
3. Pastikan pola
diet pasien yang disukai/tidak disukai
4. Awasi
pemasukan/pengeluaran dan berat badan secara periodic
5. Dorong klien untuk makan
diet TKTP
6. Pertahankan higiene mulut
7. Kolaborasi dengan
Ahli gizi dalam pemberian makanan
|
1. Berguna dalam
mengidentifikasi derajat kurang nutrisi dan menentukan pilihan intervensi
2. Meningkatkan pengetahuan dan
kepatuhan untuk menjalankan program diet sesuai atura
3. Pertimbangan keinginan
individu dapat memperbaiki masukan diet.
4. Mengukur kefektifan
nutrisi dan dukungan cairan.
5. Peningkatan pemenuhan
kebutuhan dan kebutuhan pertahanan tubuh
6. Akumulasi partikel makanan
di mulut menambah rasa ketidaknyamanan pada mulut dan menurunkan nafsu makan
7. Meninkatkan kemampuan asupan
sesuai dengan kemampuan klien
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Kanker paru (Ca
Paru) merupakan penyebab kematian
utama akibat kanker pada
pria dan wanita. Kanker paru
ini meningkat dengan
angka yang lebih
besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker
payudara sebagai penyebab paling umum
kematian akibat kanker
pada wanita.
2. Kanker
paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama
asap rokok.
3. Asap
rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.
4. Ada
banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada
penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak
berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit
kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan
selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
5. Kemoterapi,
pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai
bentuk pengendalian dari Ca. Paru
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan,
silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat
mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari
salah khilaf, Alfa dan lupa.
Wabillah Taufik Walhidayah
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
DAFTAR
PUSTAKA
Somantri
Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Danusantoso
Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
Sudoyo
Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV. Jakarta
Muttaqin
Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Tim
CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER
BUKAN LAGI VONIS MATI” Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai
Jenis Kanker. Jakarta. Penerbit AgroMedia Pustaka.
Suryo
Joko. 2010. HERBAL”Penyembuh Gangguan
Sistem Pernapasan”. Yogyakarta. Penerbit B First(PT Bentang Pustaka)
Kusuma
Hardhi. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta. Penerbit
Mediaction.
cukup bagus sebagai referensi...
BalasHapusKenapa tidak sampai evaluasi
BalasHapusini lebih ke kep palliatif gak sih kak
BalasHapus