A.
Definisi
Telenursing
Telenursing
didefinisikan sebagai
praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi telekomunikasi (National
Council of State Boards of Nursing, 2011). Teknologi informasi dibidang
keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan,
komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan
mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek keperawatan.
Informatika keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi, dan
pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam
pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan. (Terhuyung &
Bagley-Thompson, 2002 dalam Salim, 2010).
Telenursing
adalah pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan menggunakan
telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada pasien
pada lokasi yang jauh atau perpencil (http://findarticles.
com/ p/ articles/mi_m0FSW/is_4_18/ai_n18610226,
diperoleh tanggal 01 mei 2012)
Telenursing
adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang
jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian
dari telehealth dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan
non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring (http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing,
diperoleh tanggal 02 mei 2012).
Telenursing
menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk meningkatkan
perawatan pasien. Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire, radio,
optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga
didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau
optic antara manusia dan atau computer (http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm,
diperoleh tanggal 02 Mei 2012)
Telenursing
diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi
satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua
negara dan memakai peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari
telemedicine atau telehealth (http://www.inna-ppni.or.id/
index.php?name =News &file=article&sid=71,
diperoleh tanggal 02 Mei 2012)
Dengan penerapan telenursing dalam
memberikan pelayanan keperawatan akan meningkatkan kepuasan klien dan
peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam memberikan asuhan keperawatan
secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari pemerintah untuk mengatur
praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan,
kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan
telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk
mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan
sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1.Faktor
legalitas
Dapat
didefinisikan sebagai otonomi profesi keperawatan atau institusi keperawatan
yang mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor
financial
Pelaksanaan
telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya
sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam
penyediaan aspek financial dalam pelaksanaan telenursing
3. Faktor
Skill
Ada
dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang
telenursing. Perawat dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi
telenursing. Terlaksananya telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan
dan skill antara pasien dan perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor
Motivasi
Motivasi
perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa
ada motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan
dengan baik.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di unit gawat darurat dan home care.
Hal
tersebut dikatakan telenursing jika perawat melakukan tindakan keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien melalui pengkajian triase dan
pemberian informasi menggunakan
teknologi informasi dan telekomunikasi serta
sistem berbasis website. Ners yang melakukan praktek telenursing harus seorang Registered Nurses (RN). Perawat yang
melakukan praktek telenursing harus
bertanggung jawab untuk meyakinkan kemampuan ketrampilan keperawatan mereka dan
pengetahuan yang up to date untuk
praktek telenursing mereka.
Tujuan
dari telenursing adalah tidak untuk
membentuk diagnosis medis, melainkan difokuskan pada dimensi dari urgensi.
Sehingga para perawat akan lebih
terfokus pada informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan. Untuk mencapai
hasil yang positif dari konsultasi melalui telephone maka sangat dibutuhkan
cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi yang baik akan berdampak pada perasaan
sehingga setiap perkataan akan mudah untuk didengar dan dipahami. Dengan
demikian klien dan keluarganya akan termotivasi untuk mengikuti saran perawat.
Sebuah komunikasi yang berpusat pada klien
adalah teknik pendekatan yang disukai dalam rangka membina hubungan
antara klien dan tenaga professional. Komunikasi yang berpusat pada klien telah
ditangani secara ekstensif selama dekade terakhir.
Melalui
telenursing, perawat mampu melakukan
monitoring, pendidikan, follow up, pengkajian dan pengumpulan data, melakukan
intervensi, memberikan dukungan pada keluarga dan perawatan multidisiplin yang
inovatif serta kolaborasi. Selain itu dalam praktek telenursing, perawat melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan,
intervensi, dan evaluasi terhadap hasil perawatan, dan perawat juga menggunakan
teknologi seperti internet, computer, telephone, alat pengkajian digital, dan
perlengkapan telemonitoring system audio-vidio, satelit dan system komunikasi
yang lain. Penggunaan computer dan teknologi informasi untuk mensupport perawat
dan pasien dengan informasi yang lebih efektif. Dalam rangka efisiensi dan
efektifitas telenursing, antara
perawat dan pasien terhubungkan secara langsung menggunakan system transmisi
elektronik.
Telenursing
melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang berkembang
pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor
tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak
flow pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference,
pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan
penatalaksanaan sesak napas.
B.
Manfaat
Telenursing
Menurut Britton
et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
1. Efektif
dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah
sakit dan nursing home)
2. Dengan
sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing
dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
4. Pasien
dewasa dengan kondisi penyakit kronis
memerlukan pengkajian yang sering sehingga membutuhkan biaya yang
banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa
memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi.
5. Berhasil
dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk
perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
Selain
manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan
keperawatan ( model distance learning)
dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan
dikampus dengan video conference, pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning
Pada
akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga,
terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan
akurat, cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak
antara perawat dan pasien yang tidak terbatas.
a. Selain
itu telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat yang berpengalaman
klinik namun telah pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan, namun
masih dapat memberikan asuhan keperawatan secara online. Hal ini juga
menghindari kontak langsung, meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan
privasi ruang dan waktu bagi pasien dan perawat. Dapat dibayangkan bagi
penderita HIV/AIDS, atau pasien pengguna narkotika/obat terlarang /alkoholik
akan lebih merasa terjaga privasinya dengan pelayanan telenursing ini .
b. Perawat
memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan
isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi
dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :
·
Jaminan kerahasiaan dan
jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga
·
Pasien yang mendapatkan
intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko (seperti
keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
·
Diseminasi data pasien seperti
identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed
consent (pernyataan persetujuan) lewat email
·
Individu yang
menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan
informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
c. Dengan
melihat potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi
kesehatan dan penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini
mendasari telenursing berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi
tehnik komunikasi) dan beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan
keperawatan dan perkembangan ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di
Indonesia dapat sejajar minimal dengan perkembangan tehnologi kesehatan, dan
kedokteran di Indonesia, menjelang Indonesia Sehat.
C.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Implementasi Telenursing
Ada
empat faktor penting yang mempengaruhi
implementasi telenursing. Empat
faktor tersebut yaitu aspek sistematika, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspak
teknikal.
1. Aspek
sistematika
Aspek sistematika
terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi dan regulasi. Dalam
mengontrol kualitas dan kelangsungan telenursing sangat dibutuhkan pengaturan dan supervisi pelayanan
pemerintah. Untuk penerapan telenursing
disepakati bahwa praktek keperawatan mandiri seharusnya ada otoritas dan
peraturan legal serta adanya standart operasional prosedur yang dibuat oleh
organisasi profesi keperawatan atau pendidikan keperawatan.
2. Aspek
Ekonomi
Aspek ekonomi terkait
verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat penggunaan telenursing dan Government recognition for cost effectiveness merupakan prioritas
utama. Investasi pemerintah dalam proyek telenursing merupakan prioritas untuk
mengaktifkan telenursing di daerah
rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system telenursing yang mahal dan uang
perawatan (maintenance fee) harus
dipikirkan.
3. Aspek
Sosial
Aspek sosial terkait
verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial tentang telenursing dibandingkan dengan perawatan langsung. Penerimaan dari
pemberi pelayanan kesehatan seperti
fasilitas medis, dokter dan perawat, merupakan hal penting dalan implementasi telenursing. Kerja sama dan koordinasi
antara profesi kesehatan akan membangun pemahaman yang lebih baik tentang
telenursing pada publik. Adanya pengakuan public terhadap keperawatan itu
sendiri merupakan factor kunci dalam pelaksanan telenursing.
4. Aspek
teknikal
Aspek teknikal terkait
kreatifitas dan originalitas konten telenursing
dan pengembangan sistem pelayanan. Pelatihan dan pendidikan perawat serta
teknologi informasi mendukung pengembangan dan pengoperasian telenursing. Pengembangan teknologi
informasi untuk menjaga privacy pasien dan keamanan informasi. Standarisasi,
pelatihan keperawatan dan penelitian untuk pengembangan system telenursing dan pelaksanaannya,
teknologi informasi medis dan pengembangan system aplikasi, serta desain model
fungsional yang mungkin diterapkan dilingkungan tersebut. Jadi keempat aspek
tersebut harus terintegrasi dalam strategi pelaksanaan telenursing.
D.
Aplikasi Telenursing
Aplikasi
telenursing dapat diterapkan di
rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan melalui unit mobil. Telepon
triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di
dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi
seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui
internet. Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke
alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan
injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu
untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya
dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk
berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit
kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan
memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan
dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun
keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
Gambar 1.1 Alur telenursing
Di dalam pelaksanaan telenursing perlu
menjaga privasi pasien.
Gambar 1.2 Tiga level keamanan untuk
proteksi data pasien
Gambar 1.3. Tehnologi teleheath pada daerah pedesaan
(Sumber : http://ijahsp.nova.edu/articles/1vol2/telehealth.jpg,
diperoleh tanggal 9 Oktober 2011)
Gambar 1.4. Jenis dan
pembagian Telehealth
(Sumber: Greenberg M.
Elisabeth, 2000)
Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk
berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit
kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan
memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan
dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun
keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
Media
telenursing antara lain:
1. Telepon ( telepon seluler )
2. Personal Digital System (PDA)
3. Mesin faksimili (faks)
4. Internet
5. Video atau audio conferencing
6. Teleradiolog
7. Komputer sistem informasi
8. Teleborotic
Pedoman
praktek lainnya yang menggunakan telenursing adalah :
1.
Menyampaikan
informasi penting klien seperti data elektrokardiogram, CT Scan, foto rontgen,
dsb.
2.
Menggunakan
video, komputer untuk memantau kondisi kesehatan klien.
3.
Memantau
status kesehatan klien di rumah sakit atau rumah misal, tekanan darah, nadi
pernafasan, suhu dan sebagainya.
4.
Membantu
wisatawan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di tempat tujuan mereka.
5.
Membantu
operasi klien dari jarak jauh.
6.
Menggunakan
video konference untuk menyediakan sesi pendidikan keperawatan berkelanjutan.
7.
Mengembangkan
website untuk memberikan informasi kesehatan dan waktu konseling.
Pada
akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga,
terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan
akurat, cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak
antara perawat dan pasien yang tidak terbatas.
E.
Kelebihan
dan kekurangan Telenursing
·
Kelebihan Telenursing
Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang
pelayanan keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan
jarak jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain :
1.
Mengurangi
waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2.
Mempersingkat
hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3.
Membantu
memenuhi kebutuhan kesehatan,
4.
Memudahkan
akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5.
Berguna
dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah
dengan jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan
6.
Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang
kurang terlayani untuk mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti :
konferensi video dan internet (American Nurse Assosiation, 1999).
7. Peningkatan
jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata,
8. Dapat
dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning)
dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan dan meningkatkan
kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta
meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
9. Meningkatkan
rasa aman (safety) perawat dan klien,
karena dengan diterapkannya telenursing semakin
meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan meningkatkan kepatuhan. Telenursing telah menyediakan sarana
bagi konsumen untuk memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. seorang
perawat dengan pelatihan khusus dapat
menawarkan pendidikan dan dukungan, sehingga ini bermanfaat karena klien membutuhkan dukungan
yang tidak mungkin didapatkan dengan
kontak langsung.
·
Kekurangan
dan hambatan dalam telenursing
Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalam telenursing, meliputi: perilaku,
legislatif, dan teknologi. Hambatan perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan
mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursing akibat kurangnya penguasaan
terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun dengan adanya
pelatihan dan adanya support system,
perawat bisa merasakan manfaat telenursing
untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursing
muncul sebagai issue kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian
lisensi tentang telenursing. Secara
teknologi, Elektronik Health Record (EHR)
dan standar data mendukung perkembangan telenursing. Tanpa EHR telehealth tidak bisa bekerja. Ketersediaan system penyimpanan
data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya.
Sumber
lain menyebutkan, antara lain :
o Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan
mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan
bahwa kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional
dan sentuhan terapeutik.
o Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah
kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau
terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya
sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga
meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.
F.
Riset
mengenai Telenursing
1. Jonsson
& Willman dalam penelitiannya menemukan bahwa implementasi telenursing dalam perawatan di ruumah
pada klien dengan luka di tangan merupakan inovasi pengembangan inisiatif yang
berfokus pada kolaborasi antara perawat dan klien. Klien merasa puas dengan
penggunaan videophone untuk melihat
staf perawat memberikan perawatan kepada mereka, dan dengan melihat muka
perawat membuat rasa aman pada pasien. Perawat merasa lebih nyaman dengan
penggunaan audio-vidio contact untuk melihat kondisi pasien dan melakukan
pengkajian kondisi luka, serta merekam luka. Selain itu perawat merasakan bahwa
waktu bekerja meraka lebih bermanfaat. Penelitian ini menandaskan bahwa telenersing dengan menggunakan teknologi
audio-vidio sangat efektif untuk melakukan komunikasi antara perawat dan pasien
dan memberikan kepuasan pada perawat dan klien dalam melakukan perawatan rumah.
2. Hartford
Kathleen dalam penelitiannya tentang “Telenursing
and patients’ Recovery from Bypass” menemukan bahwa aplikasi teknologi
telekomunikasi dalam memberikan pelayanan keperawatan membuat pasien mampu
untuk belajar bagaimana merawat dirinya sendiri, dan ini juga membantu perawat
untuk melakukan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan secara efektif.
Selain itu juga memperpendek lama perawatan.
3. Bohnenkamp & Blackett meyatakan
bahwa dengan telenursing
pasien menunjukkan kepuasan yang lebih tinggi dan perawat telah meningkatkan
pemahaman tentang masalah yang dialami klien, dan klien merasa lebih nyaman
karena sudah diberi informasi oleh perawat. Klien percaya bahwa telenursing membuat perawatan lebih
mudah diakses; mereka lebih suka memanfaatkan telenursing daripada menunggu
tatap muka pada saat kunjungan langsung meskipun klien masih percaya
bahwa kunjungan dengan tatap muka langsung adalah yang terbaik.
4.
Penelitian dari Susan Kay Bohnenkamp, RN, MS, CCM dengan judul Traditional Versus Telenursing Outpatient
Management of Patients With Cancer With New Ostomi.
Hasil : Telenursing meningkatkan kepuasan pada
pasien. Pasien percaya bahwa telenursing
membuat perawatan lebih accessible,
dia suka dengan telemedicine dari pada face
to face, tetapi menganggap face to
face adalah yang terbaik.
5. Penelitian
dari Anthony F. Jerant, MD dengan judul A
Randomized Trial of Telenursing to Reduce Hospitalization for Heart Failure:
Patient-Centered Outcomes and Nursing Indicators.
Hasil : Penelitian ini membandingkan 3 perawatan
modalitas untuk menurunkan kekambuhan CHF selama 180 hari follow up. Subyek
menerima kunjungan dasar selama 60 hari dan mendapat satu dari 3 terapi
modalitas : (a) video-based home telecare; (b) telephone calls; and (c)
usual care Kekambuhan pada CHF menurun lebih dari 80%
dengan telenursing dibandingan dengan perawatan biasa. Dari penelitian
ini juga menurunkan kunjungan emergensi pada CHF. Pada perawatan diri kedua
group tidak ada perbedaan secara signifikan tentang kepatuhan, pengobatan,
status kesehatan dan kepuasan. Telenursing dapat menurunkan
hospitalisasi pada CHF dan meningkatkan frekuensi komunikasi dengan pasien.
(http://www.haworthpress.com/store/toc/J027v22n01_TOC.pdf?sid=F92MP1MXXT1X8JN4VFE1BXJ22VPX12U5&,
diperoleh tanggal 02 Mei 2012).
6. Penelitian
dari L. Schlachta-Fairchild dengan judul Findings Of The 2004
Nternational Telenursing Survey.
Hasil : Mayoritas perawat yang melakukan tidak
tersertifikasi dalam telemedicine, telenursing,
atau nursing informatics dan percaya
bahwa sertifikasi pada telenursing
adalah penting dan interes untuk dilakukan sertifikasi dan merupakan indikasi telenursing seharusnya merupakan bagian
dasar dari pendidikan keperawatan dan pengalaman klinik (http://www.mrc.co.za/conference/satelemedicine/Castelli.pdf,
diperoleh tanggal 02 Mei 2012).
7. Impact of tele-advice on community nurses’ knowledge of venous
leg ulcer care (Ameen, Coll, &
Peters, 2005). Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidang
manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang digunakan adalah quasi
eksperimental dengan pendekatan pre dan post intervensi pada 2 kelompok yaitu
kelompok intervensi sebanyak 19 orang dan kelompok kontrol sebanyak 19 orang,
pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perbaikan yang signifikan dalam
hal kemampuan perawat komunitas dalam manajemen perawatan ulkus kaki antara
sebelum dan sesudah intervensi melalui telenursing. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tele-saran dapat menjadinmanfaat besar bagi perawat komunitas
dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalam praktek perawatan ulkus kaki. Ini
akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya manusia yang
lebih efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.
8.
Tele-education
in emergency care (Binks
& Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Telenursing juga bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan
dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas kesehatanmyang bertugas
didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan darat karena
kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka kurang terpapar
informasi-informasi maupun pengetahuan terkini menghenai pelayanan keperawatan.
Disini dijelaskan bagaimana telenursing dimanfaatkan sebagai sarana penambahan
wawasan dan pengetahuan mengenai keperawatan gawat darurat terhadap
petugas kesehatan yang bertugas di
daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan empat domain
pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan
(relationship), dan 4) sikap (attituds).
9.
Efficacy
of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a
randomised controlled trial study (Jensen,
Kristensen, Christensen, & Borre, 2011). Dalam artikel ini
dijelaskan bahwa terdapat peningkatan angka dalam insiden kanker prostat
menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap peran perawatan kesehatan masyarakat.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, prostatektomi radikal jalur cepat telah diperkenalkan,
sehingga waktu rawat menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia untuk
edukasi terhadap pasien post op prostektomy, maka pasien dituntut agar mampu
melakukan perawatan secara mandiri melalui bantuan Telenursing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah konsultasi
telepon perawat yang dipimpin (TC) dapat mengoptimalkan sumber daya,
rehabilitasi secara aman dan kepuasan pasien dalam periode pasca-operasi.
Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak prospektif dari 95
pasien baik intervensi atau standar tindak lanjut. Intervensi yang diberikan
adalah TC tambahan 3 hari pasca bedah. Pendidikan perawatan dan pasien selama
rawat inap yang diberikan adalah sama untuk semua pasien. Data dikumpulkan dari
catatan medis dan kuesioner 2 minggu pasca-bedah. Memang tidak ditemukan
perbedaan dalam keberhasilan keseluruhan tentang kepuasan pasien, rasa aman dan
ketidaknyamanan pasca-operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan yang belum
terpenuhi saat dirawat di rumah sakit sehingga peberian TC menjadi alternatif
pilihan yang baik. Secara umum, pasien cukup terdidik dalam pengelolaan
rehabilitasi awal dan mereka menyatakan kepuasan yang tinggi dan rasa aman pada
periode pasca operasi setelah pulang meskipun tanpa TC. Oleh karena itu, TC
tidak akan menjadi prosedur standar, tetapi hasilnya telah meningkatkan
kesadaran dalam praktek klinis sehari-hari dan dapat dioptimalkan
pemanfaatannya.
10. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational
Performance, Part 1 (Rufo,
2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian perawatan
saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamanan
perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contoh.
Dengan menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang
berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga pemberi
asuhan keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat menerima bantuan
untuk manajemen pasien secara langsung melalui metode ini. Tele-ICU
adalah salah satu contoh dari penerapan model teknologi yang mempercepat
pemecahan masalah klinis dan pengambilan keputusan, sehingga mempercepat
pemberian perawatan kritis dan akhirnya meningkatkan hasil yang diharapkan.
11. A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Tele-ICU,
eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkan dalam perawatan
pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatan kesehatan,
dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim perawatan tetap belum
terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain tetap skeptic
meskipun rasio biaya perawatan yang bisa ditekan dan manfaat yang didapat.
Namun, dengan perluasan berbagai program dan publikasi hasil klinis dan fiskal,
tele-ICU menjadi lebih diperhatikan dan mengubah wawasan tentang perawatan
klinis.
12. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel ini dikemukakan berupa hasil survey
terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan data bahwa secara ekonomis maupun
efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena dari segi biaya yang harus
dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien tidak perlu
datang ke tempat pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya dengan
berinteraksi melalui Telemediciene maupun Telenursing pasien sudah dapat
terlayani. Namun masalah yang muncul dalam penilaian ini adalah bahwa mereka
tidak mengidentifikasi adanya nilai-nilai moral maupun implikasi etis dari
penerapan metode ini. Oleh sebab itu sebagai pengguna metode ini hendaknya
petugas kesehatan atau perawat yang mengelolanya harus memilki pemahaman yang
luas tentang keilmuan keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing yang
digunakan.
Faktor-Faktor Penghambat Aplikasi Telenursing dan Cara Mengatasi
Isu yang
terjadi dalam pemberian pelayanan kesehatan dalam bentuk telenursing yaitu
praktek telenursing masih dilarang, sebagai contoh disalah satu negara adidaya
yakni Amerika serikat praktek telenursing dilarang karena perawat yang online
sebagai koordinator harus memiliki izin atau lisensi di setiap negara bagian
dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal guna menghindari
malpraktek perawat antar negara bagian.
Malpraktek dan
akontabilitas yang berkaitan dengan telenursing masih dalam perdebatan dan mencari solusi untuk pemecahannya.
Ada
beberapa isu yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan telehealth
yaitu :
1. Pembiayaan.
Pembiayaan
adalah hambatan dalam penyelenggaraan telehealth. Meskipun
dijumpai
bahwa telehealth banyak mempunyai manfaat. Pemerintah masih kurang dalam
mengembangkan telehealth.
2. Aspek legal
Aspek
hukum menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi dari praktek petugas
kesehatan yang tidak baik
3. Standar keamanan
Perhatian
dalam apliksi tekhnologi dalam pelayanan kesehatan adalah keamaan/keselamatan
pasien. Sistem pelayanan telehealth harus bisa menjamin keselamatan bagi
pasien. Berkaitan dengan hal tersebut ANA (American Nursing Association)
menerbitkan 3 pedoman telehealth yaitu : Prinsip dasar telehealth pada tahun
1998, kompetensi telehealth tahun 1999 dan mengembangkan protokol telehealth
pada tahun 2001
4. Keamanan data
Telehealth
memerlukan pencatatan elektronik (elektronik health record), yang rawan
akan privasi, kerahasiaan dan keamanan data.Sehingga penyelenggaraan telehealth
harus bisa menjamin keamanan data.
5. Infrastruktur komunikasi
Infrastruktur
telekomunikasi merupakn bagian dari telehealth yang mempunyai biaya dengan
prosentase paling besar. Isu yang lain, adalah alat untuk hubungan antarmuka (interface)
akan sulit menyelenggarakan telehealth jika tidak ada saling hubungan (interkoneksi)
antar alat.
Penggunaan telenursing pada
negara yang baru memulai pemanfaatannya tentu mengalami
kendala, diantaranya:
1.
Membutuhkan sumber daya
perawat yang memiliki kemampuan lebih yaitu mampu memahami dan memanfaatkan
teknologi yang pada umumnya tidak mudah pengadaannya, membutuhkan pendidikan
kekhusussan spesialis informasi yang menurut penulis saat ini mungkin masih
kurang peminatnya.
2. Teknologi
informasi dan pemanfaatan komputer untuk semua pihak yang terkait dengan
layanan keperawatan akan membutuhkan banyak biaya. Sedangkan untuk pengadaan
sarana teknologi tersebut yang dirasakan cukup banyak membutuhkan biaya, dimana hal ini sulit diwujudkan oleh
suatu masyarakat yang berada disusuatu negara berkembang seperti di Indonesia.
Cara Mengatasi Hambatan aplikasi Telenursing
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka
diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek,
SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan
pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing
mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek
keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem
pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi
kesehatan/berbasis internet.
Pelaksanaan
telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan
oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana
serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk
mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan
peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki
oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan. Telenursing menggunakan
telepon ini dapat diaplikasikan di unit gawat darurat dan home care.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya
mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan.
Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan
dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :
1. Jaminan
kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus
tetap terjaga.
2. Pasien
yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet
atau telepon) dan keuntungannya.
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi
pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent
(pernyataan persetujuan) lewat email.
4. Individu
yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan
informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
Di Amerika Serikat khususnya telah ada 29 negara bagian yang
membuat UU tentang ketentuan, etik dan peraturan telehealth termasuk
telenursing yang terlingkup dalam telehealth legislation 1997 yang berdasar The
Telecommunications Reform Act of 1996 charged, dan ada 53 UU yang sedang
dibahas di Amerika ditahun tersebut.
Cara kerja Telenursing, dimana perawat menggunakan pengetahuan,
ketrampilan, pertimbangan dan pemikiran kritis yang yang tidak bisa dipisahkan
di (dalam) ilmu Pendidikan perawatan. Aktivitas tersebut sudah dapat diberikan
Lisensi melakukan asuhan keperawatan.
Definisi legal ilmu perawatan hampir selalu meliputi :
1.
Penggunaan ilmu perawatan
pendidikan,
2. Pemikiran kritis, dan
3. Pengambilan keputusan.
Jadi jelaslah bahwa Telenursing merupakan peluang kerja profesi
keperawatan yang legal. Tentunya dukungan organisai profesi dalam perizinan
sangat dibutuhkan.
BalasHapusPengakuan tulus dari: FATIMAH TKI, kerja di Singapura
Saya mau mengucapkan terimakasih yg tidak terhingga
Serta penghargaan & rasa kagum yg setinggi-tingginya
kepada KY FATULLOH saya sudah kerja sebagai TKI
selama 5 tahun Disingapura dengan gaji Rp 3.5jt/bln
Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Apalagi setiap bulan Harus mengirimi Ortu di indon
Saya mengetahui situs KY FATULLOH sebenarnya sdh lama
dan jg nama besar Beliau
tapi saya termasuk orang yg tidak terlalu yakin
dengan hal gaib. Karna terdesak masalah ekonomi
apalagi di negri orang akhirnya saya coba tlp beliau
Saya bilang saya terlantar disingapur
tidak ada ongkos pulang.
dan KY FATULLOH menjelaskan persaratanya.
setelah saya kirim biaya ritualnya.
beliau menyuruh saya untuk menunggu
sekitar 3jam. dan pas waktu yg di janjikan beliau menghubungi
dan memberikan no.togel "8924"mulanya saya ragu2
apa mungkin angka ini akan jp. tapi hanya inilah jlnnya.
dengan penuh pengharapan saya BET 200 lembar
gaji bulan ini. dan saya benar2 tidak percaya & hampir pingsan
angka yg diberikan 8924 ternyata benar2 Jackpot….!!!
dapat BLT 500jt, sekali lagi terima kasih banyak KY
sudah kapok kerja jadi TKI, rencana minggu depan mau pulang
Buat KY,saya tidak akan lupa bantuan & budi baik KY.
Demikian kisah nyata dari saya tanpa rekayasa.
Buat Saudaraku yg mau mendapat modal dengan cepat
~~~Hub;~~~
Call: 0823 5329 5783
WhatsApp: +6282353295783
Yang Punya Room Trimakasih
----------